Panduan Lengkap Bikin Surat Dokter: Syarat, Prosedur & Biayanya!
Kenapa Sih Banyak Orang Butuh Surat Dokter?¶
Surat keterangan sakit dari dokter, atau yang sering kita sebut surat dokter, itu ibarat dokumen “sakti” buat banyak orang. Kenapa dibilang sakti? Soalnya, surat ini punya kekuatan hukum dan administratif yang lumayan penting. Biasanya, surat ini jadi bukti otentik kalau kamu memang beneran lagi nggak fit buat beraktivitas seperti biasa. Jadi, kamu bisa dapat izin buat istirahat.
Tujuan utamanya tentu buat memberikan justifikasi kenapa kamu nggak masuk kerja, nggak masuk sekolah, atau nggak bisa hadir di suatu acara penting. Tanpa surat ini, seringkali ketidakhadiranmu bisa dianggap bolos atau izin tanpa alasan yang kuat. Padahal, sakit itu kan kondisi yang nggak bisa diprediksi dan memang butuh waktu buat pemulihan. Surat ini melindungi hak kamu untuk beristirahat tanpa harus khawatir kena sanksi.
Selain izin sakit, surat dokter juga sering dibutuhkan untuk keperluan lain. Misalnya, buat melamar pekerjaan tertentu yang butuh surat keterangan sehat. Atau buat mendaftar sekolah/kuliah, mengurus SIM, atau bahkan buat keperluan asuransi. Ada juga surat keterangan berobat yang beda tipis sama surat sakit, isinya lebih fokus ke bukti bahwa kamu sudah berobat pada tanggal tertentu, meskipun belum tentu butuh izin istirahat.
Intinya, surat dokter ini berfungsi sebagai bukti formal dari profesional medis (dokter) yang menyatakan kondisi kesehatan kamu pada waktu tertentu. Makanya, penting banget buat ngerti gimana cara dapetinnya dan apa aja isinya biar sah dan nggak bermasalah.
Image just for illustration
Proses Mendapatkan Surat Dokter yang Sah¶
Nah, sekarang gimana sih cara dapetin surat dokter yang beneran sah dan bukan kaleng-kaleng? Prosesnya sebetulnya standar dan gampang kok, asal kamu datang ke tempat yang tepat dan ngikutin prosedur yang ada. Nggak ada cara instan apalagi ilegal buat dapetin surat ini kalau mau aman.
Langkah pertama dan yang paling penting adalah datang langsung ke fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan ini bisa berupa praktik dokter pribadi, klinik, Puskesmas, atau rumah sakit. Pilih yang terdekat atau yang kamu rasa paling nyaman. Jangan pernah mencoba mencari surat dokter lewat calo atau jasa-jasa online yang nggak jelas, karena itu sangat berisiko palsu.
Setelah sampai di sana, daftar seperti biasa. Bilang ke petugas pendaftaran kalau kamu mau periksa karena merasa sakit dan butuh surat keterangan sakit. Kamu akan diminta menunggu giliran buat konsultasi dengan dokter. Di ruang praktik, ceritakan keluhanmu secara jujur dan detail. Apa yang kamu rasakan? Sejak kapan? Apakah ada gejala lain? Makin jujur dan jelas ceritamu, makin mudah dokter mendiagnosa dan menentukan apakah kamu memang perlu istirahat.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan keluhanmu. Mungkin cuma tanya-tanya dan lihat tenggorokan kalau keluhannya batuk pilek, atau periksa tekanan darah kalau pusing. Tergantung kondisi. Setelah pemeriksaan, dokter akan memberikan diagnosa awal atau menentukan apakah kamu memang sakit yang butuh istirahat. Dokterlah yang berhak penuh menentukan apakah kamu butuh surat sakit dan berapa lama durasi istirahat yang direkomendasikan secara medis. Ini penting dicatat: kamu tidak bisa memaksa dokter buat kasih surat sakit atau minta durasi istirahat yang kamu mau kalau dokter menilai kondisi medis kamu nggak memerlukannya.
Kalau dokter setuju kamu butuh istirahat, barulah surat keterangan sakit itu akan dibuat. Biasanya surat akan langsung dicetak atau ditulis tangan oleh dokter atau perawat atas instruksi dokter. Pastikan kamu menerima surat itu sebelum pulang. Jangan lupa cek sebentar isinya.
Apa Aja Isi Surat Dokter yang Sah Itu?¶
Surat dokter yang sah itu punya elemen-elemen penting yang harus ada. Ini dia daftar hal-hal krusial yang biasanya tertera di surat dokter:
- Kop Surat Fasilitas Kesehatan: Ini bagian paling atas surat, biasanya berisi nama klinik, Puskesmas, rumah sakit, atau praktik dokter perorangan. Ada juga alamat lengkap dan nomor telepon. Kop surat ini menunjukkan dari mana surat itu berasal.
- Nomor Surat (Opsional tapi Umum): Beberapa fasilitas kesehatan menggunakan sistem penomoran surat keluar. Ini membantu administrasi dan pelacakan.
- Tanggal Surat Dibuat: Tanggal di mana surat tersebut dikeluarkan. Biasanya sama dengan tanggal kamu periksa.
- Kepada Yth: Ditujukan kepada siapa surat itu diberikan. Misalnya, “Kepada Yth. Pimpinan [Nama Perusahaan/Sekolah]” atau “Kepada siapa yang berkepentingan”.
- Data Pasien: Nama lengkap pasien, usia, dan kadang alamat. Ini buat mengidentifikasi siapa yang diberikan surat izin sakit.
- Data Dokter: Nama lengkap dokter yang memeriksa, nomor Surat Izin Praktik (SIP), dan kadang spesialisasi dokter (misal: Dokter Umum, Dokter Spesialis Penyakit Dalam). Ini bukti bahwa surat dikeluarkan oleh dokter yang berwenang.
- Diagnosa/Kondisi Kesehatan: Penjelasan singkat mengenai kondisi kesehatan pasien atau diagnosa penyakitnya. Kadang ditulis jelas (misal: Common Cold, Gastritis) atau hanya gejala umum. Tergantung kebijakan dokter dan fasilitas. Kadang juga menggunakan kode ICD (International Classification of Diseases).
- Rekomendasi/Keterangan: Ini inti suratnya. Dokter merekomendasikan pasien untuk istirahat total, atau tidak masuk kerja/sekolah.
- Durasi Izin: Berapa lama pasien diizinkan untuk istirahat. Ditulis dalam jumlah hari (misal: “selama 3 (tiga) hari terhitung mulai tanggal…”). Pastikan tanggal mulai dan tanggal selesainya jelas.
- Tempat dan Tanggal Pemeriksaan: Terkadang dicantumkan juga kapan dan di mana pemeriksaan dilakukan, selain tanggal surat diterbitkan.
- Tanda Tangan Dokter: Ini wajib ada. Tanda tangan dokter yang memeriksa dan mengeluarkan surat.
- Nama Jelas Dokter: Nama dokter biasanya dicetak atau diketik di bawah tanda tangannya.
- Stempel Fasilitas Kesehatan: Stempel ini juga wajib ada sebagai legalisasi dari fasilitas kesehatan tempat dokter praktik. Stempel ini membuktikan bahwa surat itu memang dikeluarkan secara resmi oleh institusi tersebut.
Memeriksa semua elemen ini penting sebelum kamu menyerahkan suratnya. Surat yang tidak lengkap, misalnya tanpa stempel atau tanda tangan, bisa dianggap tidak sah.
Image just for illustration
Berapa Biaya Bikin Surat Dokter?¶
Soal biaya, ini lumayan bervariasi tergantung di mana kamu bikin suratnya. Biaya untuk mendapatkan surat dokter itu biasanya sudah termasuk dalam biaya konsultasi atau pemeriksaan dokter. Kamu jarang akan menemukan biaya terpisah khusus untuk “surat keterangan”.
Kalau kamu periksa di Puskesmas dengan BPJS, biasanya biaya konsultasi (dan otomatis suratnya kalau memang butuh) itu gratis atau sangat murah, sesuai ketentuan BPJS. Kamu hanya perlu menunjukkan kartu BPJS dan identitas.
Kalau kamu periksa di klinik swasta atau praktik dokter perorangan, biayanya bisa mulai dari puluhan ribu rupiah sampai ratusan ribu rupiah, tergantung tarif konsultasi dokter di tempat tersebut. Di rumah sakit, biayanya bisa lebih tinggi lagi, apalagi kalau kamu periksa ke dokter spesialis di rumah sakit besar.
Kadang, kalau kamu cuma butuh surat keterangan sehat tanpa ada keluhan sakit, biayanya bisa lebih murah dibanding konsultasi karena sakit. Prosesnya lebih cepat, dokter cuma periksa fisik dasar (tensi, berat badan, tinggi badan, dll.) dan langsung bikin suratnya. Biaya untuk surat keterangan sehat ini bisa mulai dari Rp 30.000 sampai Rp 100.000 atau lebih, lagi-lagi tergantung fasilitas kesehatannya.
Penting untuk ditanyakan di awal saat mendaftar berapa perkiraan biaya konsultasi atau pembuatan surat keterangan, biar kamu nggak kaget. Ingat, biaya ini mencakup layanan profesional dokter dan administrasi penerbitan surat.
Pentingnya Kejujuran Saat Berobat Demi Surat Dokter¶
Ini nih poin yang super penting dan sering disepelekan atau bahkan disalahgunakan. Saat kamu datang ke dokter dengan niat mendapatkan surat sakit, kejujuran itu adalah modal utama. Jangan pernah memalsukan gejala atau pura-pura sakit parah hanya demi mendapatkan surat izin.
Kenapa kejujuran itu penting? Pertama, ini soal etika. Hubungan antara pasien dan dokter itu didasarkan pada kepercayaan. Dokter percaya kamu menceritakan kondisi yang sebenarnya, dan kamu percaya dokter akan memberikan penanganan terbaik. Kalau kamu bohong soal kondisi kesehatanmu, kamu merusak kepercayaan itu.
Kedua, dokter adalah profesional yang punya tanggung jawab moral dan kode etik kedokteran. Dokter wajib memberikan diagnosa dan rekomendasi berdasarkan kondisi medis yang objektif. Dokter tidak boleh sembarangan memberikan surat sakit kalau memang tidak ada indikasi medis yang jelas. Memberikan surat sakit palsu atau berdasarkan kebohongan pasien juga bisa melanggar kode etik dokter.
Ketiga, kamu merugikan diri sendiri lho. Kalau kamu pura-pura sakit, dokter mungkin akan memberikan diagnosa atau obat yang tidak sesuai dengan kondisi kesehatanmu yang sebenarnya (misalnya, kalau kamu betulan punya masalah kesehatan lain yang nggak kamu ceritakan). Kamu juga kehilangan kesempatan buat diperiksa dan dikasih saran yang betulan bermanfaat buat kesehatanmu.
Jadi, kalau memang lagi nggak enak badan, datanglah, ceritakan apa adanya. Biarkan dokter yang menilai apakah kondisimu memang memerlukan istirahat atau tidak. Kalau dokter bilang nggak perlu surat sakit, jangan marah atau kecewa. Itu artinya dokter menilai kamu masih sanggup beraktivitas. Kamu bisa coba komunikasikan kondisimu (meskipun nggak parah) ke atasan atau dosen, siapa tahu ada kebijakan lain.
Image just for illustration
Bahaya dan Konsekuensi Surat Dokter Palsu¶
Sekarang kita bahas sisi gelapnya: surat dokter palsu. Di era digital ini, kadang gampang banget nemu “jasa” bikin surat dokter palsu di internet atau media sosial. Harganya mungkin murah dan prosesnya cepat, nggak perlu repot ke dokter. Tapi, godaan ini datang dengan risiko yang besar banget.
Menggunakan surat dokter palsu itu sama saja dengan pemalsuan dokumen. Di Indonesia, pemalsuan dokumen itu tindak pidana dan ada sanksinya lho dalam hukum. Pasal 263 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) mengatur tentang pemalsuan surat. Ancaman hukumannya bisa sampai penjara lho!
Selain sanksi pidana, ada juga sanksi dari instansi tempat kamu memberikan surat palsu itu. Kalau di tempat kerja, kamu bisa kena SP (Surat Peringatan), skorsing, atau bahkan dipecat. Perusahaan punya hak untuk memverifikasi keabsahan surat yang kamu berikan. Kalau ketahuan palsu, kamu bisa dianggap melakukan pelanggaran berat karena dishonesty alias tidak jujur.
Di sekolah atau kampus, sanksinya juga nggak kalah berat. Kamu bisa kena skorsing, dicabut beasiswa, atau bahkan di-DO (dikeluarkan). Reputasimu juga bakal hancur. Sekali kamu dicap pernah menggunakan dokumen palsu, kepercayaan orang terhadapmu akan sangat sulit dipulihkan, baik di lingkungan profesional maupun sosial.
Gimana caranya surat palsu bisa ketahuan? Perusahaan atau sekolah yang teliti bisa melakukan verifikasi dengan menghubungi fasilitas kesehatan yang tercantum di surat. Mereka bisa menanyakan apakah benar pasien atas nama kamu pernah berobat pada tanggal sekian dan diberikan surat sakit oleh dokter yang bersangkutan. Fasilitas kesehatan punya catatan rekam medis dan data pasien. Kalau data kamu nggak ada di sana, ya ketahuan palsu.
Juga, perhatikan kualitas surat palsu. Kadang formatnya beda dari surat asli fasilitas kesehatan tersebut, atau stempelnya kelihatan aneh, atau bahkan ada salah ketik nama dokter/pasien. Stempel palsu seringkali terlihat nggak jelas atau warnanya beda. Perusahaan yang sering menerima surat sakit dari berbagai fasilitas kesehatan biasanya sudah hapal format dan stempel yang asli.
Jadi, pikirkan baik-baik. Demi izin nggak masuk 1-2 hari, kamu rela ambil risiko dihukum, dipecat/DO, dan hancur reputasi? Nggak worth it sama sekali. Selalu usahakan mendapatkan surat sakit secara legal.
Bagaimana Jika Kamu Sulit Mendapatkan Surat Dokter Tapi Memang Sakit?¶
Ada situasi di mana kamu memang sakit, tapi mungkin sakitnya nggak yang parah banget sampai harus istirahat total, atau mungkin kamu sulit akses ke dokter saat itu juga. Dokter mungkin menilai kamu cukup berobat jalan dan nggak perlu surat istirahat. Gimana dong?
Dalam kasus seperti ini, komunikasi terbuka dengan atasan atau guru/dosen itu kuncinya. Jelaskan kondisi kesehatanmu sejujurnya (tanpa perlu detail medis yang rumit). Misalnya, “Pak/Bu, hari ini saya merasa kurang enak badan, demam ringan dan pusing, jadi sepertinya sulit untuk fokus dan produktif/mengikuti pelajaran. Apakah saya bisa izin untuk hari ini dan akan coba periksa ke dokter/istirahat di rumah?”
Banyak perusahaan atau institusi pendidikan yang punya kebijakan internal terkait izin tidak masuk karena sakit ringan tanpa surat dokter, misalnya untuk 1-2 hari. Biasanya ada jatah izin tertentu yang bisa diambil tanpa perlu melampirkan surat dokter. Manfaatkan jatah ini jika memungkinkan.
Jika sakitmu berlanjut dan butuh izin lebih lama, usahakan tetap ke dokter secepatnya untuk mendapatkan pemeriksaan dan surat keterangan yang sah. Jangan tunda sampai berhari-hari baru ke dokter hanya untuk “legalitas” izin hari-hari sebelumnya yang sudah terlewat.
Intinya, jangan panik kalau dokter nggak kasih surat sakit untuk kondisi ringan. Fokus pada komunikasi dan mencari solusi terbaik sesuai kebijakan tempatmu beraktivitas. Kejujuran tetap yang paling utama.
Image just for illustration
Bikin Surat Dokter via Telehealth? Bisa Nggak Sih?¶
Di era digital ini, layanan telehealth atau konsultasi dokter online makin populer. Nah, muncul pertanyaan: bisa nggak sih bikin surat dokter via telehealth? Jawabannya: umumnya bisa, tapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Banyak platform telehealth terpercaya yang bekerja sama dengan dokter-dokter berizin praktik. Kamu bisa konsultasi dengan dokter via video call atau chat, menjelaskan keluhanmu. Dokter akan mendengarkan, mengajukan pertanyaan, dan memberikan diagnosa atau saran medis berdasarkan informasi yang kamu berikan.
Kalau dokter menilai kondisi kamu memang butuh istirahat berdasarkan konsultasi tersebut, dokter bisa mengeluarkan surat keterangan sakit secara digital. Surat ini biasanya akan dikirimkan via aplikasi atau email, dalam format PDF yang bisa diunduh. Surat digital ini seringkali juga dilengkapi dengan tanda tangan digital dokter dan/atau kode verifikasi untuk memastikan keasliannya.
Namun, ada keterbatasan dalam telehealth. Dokter tidak bisa melakukan pemeriksaan fisik secara langsung (meraba, mendengarkan detak jantung/paru, dll.). Jadi, untuk beberapa kondisi yang butuh pemeriksaan fisik mendalam, konsultasi telehealth mungkin kurang optimal dan dokter bisa saja menyarankan kamu untuk datang langsung ke fasilitas kesehatan.
Keabsahan surat dokter dari telehealth juga perlu kamu pastikan. Cek apakah platform telehealth dan dokter yang praktik di sana terdaftar dan punya izin yang jelas. Mayoritas perusahaan atau sekolah yang modern sudah mulai menerima surat dokter digital dari platform telehealth terkemuka, asalkan formatnya jelas dan bisa diverifikasi. Tapi, ada baiknya dikonfirmasi juga ke pihak yang akan menerima surat tersebut apakah mereka menerima format digital dari telehealth.
Keuntungan bikin surat dokter via telehealth tentu praktis, nggak perlu keluar rumah, dan bisa konsultasi kapan saja (tergantung jam praktik dokternya). Ini bisa jadi solusi kalau kamu terlalu lemah buat keluar rumah atau tinggal di daerah yang sulit akses ke dokter.
Fakta Menarik Seputar Surat Dokter¶
Ada beberapa fakta menarik lho tentang surat dokter:
- Regulasi: Di Indonesia, meskipun format surat sakit bisa beda-beda antar fasilitas, praktik pemberian surat sakit oleh dokter diatur dalam kode etik kedokteran dan pedoman praktik kedokteran. Dokter punya wewenang profesional untuk menentukan kelayakan pemberian surat sakit.
- Bukan Hak Pasien: Mendapatkan surat sakit itu bukan hak mutlak pasien. Itu adalah wewenang dokter berdasarkan penilaian medis objektif. Kalau dokter menilai kamu nggak butuh istirahat total secara medis, dokter berhak tidak memberikan surat sakit.
- Variasi Format: Format surat dokter bisa sangat beragam, mulai dari selembar kertas sederhana sampai format resmi yang terstruktur rapi dengan logo dan berbagai kolom isian. Yang penting adalah elemen-elemen krusial yang sudah kita bahas di atas ada.
- Kode ICD: Kadang diagnosa di surat sakit ditulis dalam kode, misalnya “J06.9” untuk infeksi saluran pernapasan akut yang tidak spesifik, atau “K29.7” untuk Gastritis. Ini adalah kode dari International Classification of Diseases yang digunakan secara global untuk mengklasifikasikan penyakit. Tujuannya untuk standardisasi data medis.
- Surat Keterangan Sehat: Beda dengan surat sakit, surat keterangan sehat menyatakan bahwa seseorang dalam kondisi fit untuk melakukan aktivitas tertentu (kerja, sekolah, olahraga, dll.) berdasarkan pemeriksaan standar. Ini juga dokumen penting yang sering diminta.
Image just for illustration
Sudut Pandang Dokter dalam Memberikan Surat Sakit¶
Biar lebih lengkap, yuk kita coba lihat dari sudut pandang dokter. Bagi dokter, memberikan surat keterangan sakit itu bukan sekadar formalitas. Ini adalah bagian dari pelayanan medis dan punya tanggung jawab profesional.
Ketika seorang pasien datang dengan keluhan, dokter akan melakukan anamnesis (tanya jawab riwayat kesehatan dan keluhan) serta pemeriksaan fisik. Berdasarkan assessment klinis inilah dokter akan menentukan diagnosa dan rencana penanganan, termasuk apakah pasien memerlukan istirahat total.
Dokter mempertimbangkan beberapa hal sebelum memberikan surat sakit:
1. Kondisi Medis Pasien: Apakah sakitnya memang cukup parah sehingga pasien tidak mampu beraktivitas? Apakah aktivitas rutin bisa memperparah kondisinya atau menularkan penyakit ke orang lain (misal: flu)?
2. Jenis Pekerjaan/Aktivitas Pasien: Pekerjaan fisik berat tentu beda pertimbangannya dengan pekerjaan kantoran yang duduk. Penyakit menular juga jadi pertimbangan penting jika pasien bekerja di tempat dengan banyak orang.
3. Durasi yang Wajar: Berapa lama kira-kira waktu yang dibutuhkan pasien untuk pulih dari kondisi tersebut? Dokter akan memberikan durasi istirahat yang wajar secara medis, bukan semata-mata keinginan pasien.
4. Kejujuran Pasien: Dokter mengandalkan informasi dari pasien, meskipun tetap harus dikroscek dengan pemeriksaan fisik. Jika dokter curiga pasien tidak jujur, mereka punya hak untuk tidak memberikan surat sakit jika tidak ada bukti klinis yang mendukung.
Memberikan surat sakit kepada orang yang tidak sakit melanggar kode etik dokter dan bisa merugikan banyak pihak (pasien itu sendiri, institusi tempat pasien bekerja/sekolah, bahkan sistem kesehatan secara keseluruhan jika ini jadi praktik umum). Sebaliknya, menolak memberikan surat sakit kepada orang yang memang sakit dan butuh istirahat juga melanggar etika dan bisa merugikan pasien. Makanya, dokter berada di posisi yang harus membuat keputusan profesional yang tepat.
Jadi, ketika kamu ke dokter dan meminta surat sakit, pahami bahwa dokter sedang menjalankan tugas profesionalnya untuk menilai kondisi medis kamu secara objektif, bukan sekadar memenuhi permintaan.
Tips Bikin Surat Dokter yang Valid & Lancar¶
Supaya proses mendapatkan surat dokter berjalan lancar dan suratnya dijamin valid, ikuti tips ini:
- Datangi Fasilitas Kesehatan Resmi: Hindari calo atau jasa ilegal. Datanglah ke klinik, Puskesmas, rumah sakit, atau praktik dokter yang jelas punya izin praktik.
- Sampaikan Keluhan Jujur: Ceritakan kondisi kesehatanmu apa adanya kepada dokter. Jangan melebih-lebihkan atau mengarang cerita.
- Jelaskan Kebutuhanmu (jika relevan): Kamu bisa sampaikan bahwa kamu membutuhkan surat keterangan sakit untuk izin tidak masuk kerja/sekolah, namun biarkan dokter yang menilai apakah kondisimu memang memerlukan itu.
- Pastikan Ada Semua Elemen Penting: Sebelum meninggalkan tempat praktik, cek kembali surat yang kamu terima. Pastikan ada nama dan stempel fasilitas, tanggal, nama dan tanda tangan dokter, nama kamu, serta keterangan diagnosa/kondisi dan durasi izin.
- Simpan Bukti Pembayaran/Pendaftaran: Terkadang, untuk verifikasi, kamu mungkin diminta bukti bahwa kamu memang pernah berobat di sana. Simpan kuitansi atau bukti pendaftaranmu.
- Patuhi Rekomendasi Dokter: Surat izin sakit diberikan supaya kamu bisa istirahat dan pulih. Gunakan waktu izinmu untuk istirahat beneran, bukan malah jalan-jalan atau melakukan aktivitas berat. Ini demi kesehatanmu sendiri!
Mendapatkan surat dokter yang sah itu mudah kok, asalkan kamu menempuh jalur yang benar. Hargai profesi dokter dan sistem kesehatan yang ada.
Surat dokter adalah dokumen penting yang punya banyak kegunaan, terutama untuk memberikan bukti sah saat kamu butuh istirahat karena sakit. Proses mendapatkannya pun cukup lurus dan tidak ribet asalkan kamu jujur dan datang ke fasilitas kesehatan yang terpercaya. Hindari godaan surat palsu karena risikonya jauh lebih besar dari keuntungan sesaat yang kamu dapat. Kesehatan itu nomor satu, jadi fokus pada pemulihan yang benar dengan istirahat yang cukup dan penanganan medis yang tepat.
Nah, itu dia seluk beluk soal bikin surat dokter. Gimana menurut kamu? Pernah punya pengalaman menarik soal surat dokter? Atau ada pertanyaan lain? Yuk, share di kolom komentar di bawah!
Posting Komentar